Selasa, 06 November 2012

Tanpa Mereka, Kita Bukanlah Sesuatu.

“Guruku Pahlawanku” - Kualitas pendidikan di Indonesia dan Infrastrukturnya? Tema yang “De Javu”. Jauh dari sebelum saya menulis blog ini, saya sudah membuat sebuah karya tulis dan mengangkat tema tentang pendidikan saat menempuh jenjang sekolah menengah pertama, ya, tentang hal itu. Ibu Lina, Guru Bahasa Indonesia yang saya hormati saat itu yang memberikan tugas akhir karya tulis. Karya tulis pertama yang saya buat dan mengangkat tema tentang "pendidikan", sedikit mengangkat tentang "dirinya" (red:Ibu Lina) – Guruku Pahlawanku. Saya senang sekali melihat diri saya mampu menyelesaikan tugas tersebut, sungguh berbangga hati melihat karya tulis saya, dengan tema yang cukup kritis mengangkat issue Sistem Pendidikan di Indonesia, Ibu Lina memuji karya tulis saya saat itu. 

Bu, terimakasih telah melestarikan Bahasa Indonesia dengan mengajarkan kami beragam struktur dan tata bahasa ilmu bahasa Indonesia yang sebenarnya tidak mudah bagi kami, bagi orang Indonesia sendiri”

Dan untuk ke sekian kali lagi saya tertarik membuat blog dengan tema pendidikan, karena pendidikan merupakan dasar dari perkembangan peradaban manusia dan tulisan ini dimotivasi juga oleh Gerakan Indonesia Berkibar.

Pendidikan dan guru? Ehmm, sangat berkaitan, bahkan hampir identik. Guru adalah tombak masa depan bangsa, sang pahlawan tanpa tanda jasa, Hymne Guru yang selalu kita nyanyikan saat perpisahan sekolah atau saat upacara Hari Guru selalu membuat saya merinding saat menyanyikannya. Apalah saya hari ini tanpa seorang guru? Apalah saya hari ini tanpa pendidikan yang saya tempuh? Dan apa apresiasi saya terhadap seorang guru? –(Diam seribu bahasa)

Saya rasa semua pasti menjawab Apalah kita sekarang ini tanpa guru?
 "We are Nothing". 
Kita bukanlah Sesuatu. 

Pengalaman merupakan guru yang paling berharga, dan kita harus menghargai guru yang memberikan kita pengalaman "pembelajaran" pada jenjang pendidikan formal kita selama ini. Guru telah membentuk karakter muridnya, satu contoh, murid akan menyukai pelajaran tertentu karena materi yang disampaikan gurunya begitu menarik. Peran guru sangat mempengaruhi hal itu, disamping kecenderungan minat dari pribadi murid itu sendiri. Sosok guru merupakan tiang, kurikulum itu adalah lantai yang mendasarinya, infrastruktur itu ibarat dinding karena hal tersebut yang membantu menghangatkan dalam proses pendidikan yang diajarkan oleh guru. Semua berkaitan, karena bila tidak ada guru, hanya sebuah kurikulum dan sistem tidak ada tiang penyangga untuk berlangsungnya pendidikan tersebut. Infrastruktur yang kurang memadai, pendidikan akan terasa "dingin" tak berdinding. Sekilas itu perumpaan mengenai pendidikan. 

Kekurangan staf profesional dalam mengajar menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di pelosok dan tak dipungkiri dibarengi juga dengan kualitas infrastruktur. Tapi bila kita sudah menyalakan semangat pada anak-anak yang bertekad ingin mengenyam pendidikan yang menjadi hak-nya, masalah infrastruktur bisa diminimalisir untuk menjadi kendala. Kualitas pendidik, hal itu tidak dapat dipungkiri menjadi pengaruh paling besar, mereka adalah tiang penyangga.  Dengan suatu cara mengajar  dan interaksi khusus akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para murid. Cara mendidik dan penyampaian materi tidak harus monoton dan klasik, untuk era modern seperti sekarang ini, komunikasi audio visual lebih menarik untuk para siswa, dan hal tersebut juga harus diiringi dengan fasilitas yang memadai seperti alat peraga atau short film dengan tidak menghilangkan sisi edukatifnya, hal tersebut biasanya memberikan daya ingat dan perhatian yang kuat untuk para siswa. Saya harap sekarang guru-guru lebih kreatif untuk hal itu, terutama pelajaran yang memberikan tekanan cukup besar kepada siswa, jangan sampai mereka berpikir mereka itu bodoh dan tidak akan pernah bisa. Hal tersebut akan memacu kemalasan dan ketidakingintahuan lebih dalam akan ilmu yang sedang dipelajarinya. 

Dengan segala masalah peliknya, saya selalu mengharapkan pendidikan Indonesia akan selalu dihiasi oleh para pahlawan tanpa tanda jasa yang tiap hari berjuang untuk mendapatkan “hati dan pemikiran” dari para muridnya. Bukan main bangganya, para guru melihat muridnya yang sukses di masa mendatang. Inspirasi dan ilmu yang diberikan akan selalu tertanam sepanjang masa. Guru yang selalu meningkatkan kualitas mengajarnya  akan menyumbangkan  sebuah asset penting di masa yang akan dating, yaitu murid-muridnya yang kelak akan menjadi generasi penerus yang handal.

Hanya seorang saya bukanlah pengamat pendidikan yang bisa mengkritisi sistem yang ada sekarang, hanya saja mungkin perlu yang banyak dibenahi untuk sistem pendidikan di Indonesia, terutama untuk pelosok, hak rakyat Indonesia sama, dan mereka juga sama untuk mendapatkan pendidikan yang sepadan untuk "menyentuh dunia", hal itu yang sering saya prihatinkan. Prihatin tidak cukup, tunjukkan aksi, tidak hanya mimpi. Hal tersebut yang selalu bergejolak didalam hati. Suatu hari nanti, saya pasti akan mewujudkan mimpi itu, satu langkah lebih dekat saat itu sedang tidak berpihak, panggilan dari Indonesia Mengajar, dengan berat hati saya tolak, karena suatu profesionalitas dalam sebuah kontrak.  

Majulah selalu pendidikan Indonesia, dengan 4 kata itu saya akhiri opini singkat ini. Tulisan ini akan menjadi sebuah bukti, tekad untuk  berkontribusi dalam pendidikan selalu menyala dalam hati.   Suatu hari nanti, pasti!