“Guruku Pahlawanku” - Kualitas pendidikan di Indonesia dan
Infrastrukturnya? Tema yang “De Javu”. Jauh dari sebelum saya menulis blog ini,
saya sudah membuat sebuah karya tulis dan mengangkat tema tentang pendidikan
saat menempuh jenjang sekolah menengah pertama, ya, tentang hal itu. Ibu Lina,
Guru Bahasa Indonesia yang saya hormati saat itu yang memberikan tugas akhir
karya tulis. Karya tulis pertama yang saya buat dan mengangkat tema tentang
"pendidikan", sedikit mengangkat tentang "dirinya" (red:Ibu
Lina) – Guruku Pahlawanku. Saya senang sekali melihat diri saya mampu
menyelesaikan tugas tersebut, sungguh berbangga hati melihat karya tulis saya,
dengan tema yang cukup kritis mengangkat issue Sistem Pendidikan di Indonesia,
Ibu Lina memuji karya tulis saya saat itu.
“Bu, terimakasih telah melestarikan Bahasa Indonesia dengan
mengajarkan kami beragam struktur dan tata bahasa ilmu bahasa Indonesia yang
sebenarnya tidak mudah bagi kami, bagi orang Indonesia sendiri”
Dan untuk ke sekian
kali lagi saya tertarik membuat blog dengan tema pendidikan, karena pendidikan
merupakan dasar dari perkembangan peradaban manusia dan tulisan ini dimotivasi
juga oleh Gerakan Indonesia Berkibar.
Pendidikan dan guru? Ehmm, sangat berkaitan, bahkan hampir
identik. Guru adalah tombak masa depan bangsa, sang pahlawan tanpa tanda jasa,
Hymne Guru yang selalu kita nyanyikan saat perpisahan sekolah atau saat upacara
Hari Guru selalu membuat saya merinding saat menyanyikannya. Apalah saya hari
ini tanpa seorang guru? Apalah saya hari ini tanpa pendidikan yang saya tempuh?
Dan apa apresiasi saya terhadap seorang guru? –(Diam seribu bahasa)
Saya rasa semua pasti menjawab Apalah kita sekarang ini tanpa guru?
"We are Nothing".
Kita bukanlah Sesuatu.
Pengalaman merupakan guru yang
paling berharga, dan kita harus menghargai guru yang memberikan kita pengalaman
"pembelajaran" pada jenjang pendidikan formal kita selama ini. Guru
telah membentuk karakter muridnya, satu contoh, murid akan menyukai pelajaran
tertentu karena materi yang disampaikan gurunya begitu menarik. Peran guru
sangat mempengaruhi hal itu, disamping kecenderungan minat dari pribadi murid
itu sendiri. Sosok guru merupakan tiang, kurikulum itu adalah lantai yang
mendasarinya, infrastruktur itu ibarat dinding karena hal tersebut yang
membantu menghangatkan dalam proses pendidikan yang diajarkan oleh guru. Semua
berkaitan, karena bila tidak ada guru, hanya sebuah kurikulum dan sistem tidak
ada tiang penyangga untuk berlangsungnya pendidikan tersebut. Infrastruktur
yang kurang memadai, pendidikan akan terasa "dingin" tak berdinding.
Sekilas itu perumpaan mengenai pendidikan.
Kekurangan staf profesional dalam
mengajar menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di pelosok dan
tak dipungkiri dibarengi juga dengan kualitas infrastruktur. Tapi bila kita
sudah menyalakan semangat pada anak-anak yang bertekad ingin mengenyam
pendidikan yang menjadi hak-nya, masalah infrastruktur bisa diminimalisir untuk
menjadi kendala. Kualitas pendidik, hal itu tidak dapat dipungkiri menjadi
pengaruh paling besar, mereka adalah tiang penyangga. Dengan suatu cara mengajar dan interaksi khusus akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi para murid. Cara mendidik dan penyampaian materi tidak harus
monoton dan klasik, untuk era modern seperti sekarang ini, komunikasi audio
visual lebih menarik untuk para siswa, dan hal tersebut juga harus diiringi
dengan fasilitas yang memadai seperti alat peraga atau short film dengan tidak menghilangkan sisi edukatifnya, hal
tersebut biasanya memberikan daya ingat dan perhatian yang kuat untuk para
siswa. Saya harap sekarang guru-guru lebih kreatif untuk hal itu, terutama pelajaran
yang memberikan tekanan cukup besar kepada siswa, jangan sampai mereka berpikir
mereka itu bodoh dan tidak akan pernah bisa. Hal tersebut akan memacu kemalasan
dan ketidakingintahuan lebih dalam akan ilmu yang sedang dipelajarinya.
Dengan segala masalah peliknya,
saya selalu mengharapkan pendidikan Indonesia akan selalu dihiasi oleh para
pahlawan tanpa tanda jasa yang tiap hari berjuang untuk mendapatkan “hati dan
pemikiran” dari para muridnya. Bukan main bangganya, para guru melihat muridnya
yang sukses di masa mendatang. Inspirasi dan ilmu yang diberikan akan selalu
tertanam sepanjang masa. Guru yang selalu meningkatkan kualitas mengajarnya akan menyumbangkan sebuah asset penting di masa yang akan dating,
yaitu murid-muridnya yang kelak akan menjadi generasi penerus yang handal.
Hanya seorang saya bukanlah
pengamat pendidikan yang bisa mengkritisi sistem yang ada sekarang, hanya saja
mungkin perlu yang banyak dibenahi untuk sistem pendidikan di Indonesia,
terutama untuk pelosok, hak rakyat Indonesia sama, dan mereka juga sama untuk
mendapatkan pendidikan yang sepadan untuk "menyentuh dunia", hal itu
yang sering saya prihatinkan. Prihatin tidak cukup, tunjukkan aksi, tidak hanya
mimpi. Hal tersebut yang selalu bergejolak didalam hati. Suatu hari nanti, saya
pasti akan mewujudkan mimpi itu, satu langkah lebih dekat saat itu sedang tidak
berpihak, panggilan dari Indonesia Mengajar, dengan berat hati saya tolak, karena
suatu profesionalitas dalam sebuah kontrak.
Majulah selalu pendidikan Indonesia, dengan 4 kata itu saya
akhiri opini singkat ini. Tulisan ini akan menjadi sebuah bukti, tekad untuk berkontribusi dalam pendidikan selalu menyala
dalam hati. Suatu hari nanti,
pasti!