Minggu, 11 Juli 2010

on and on and on again


Hallooo…
Hati-hati saya disini lg emo, jd mungkin blog nya sedikit gimanaa gituu, yah sentimental atau mungkin menjijikkan. hahaha

Tp sudahlah saya gatau lg harus numpahin semua uneg-uneg ini ke mana. Kau bisa berpihak netral disini, janganlah terlalu subjektif. Dan memaksakan pola pikir dan kehendak, saya seringkali dibuat bingung dgn ini.

Logika mengatakan demikian, tp hati selalu melakukan hal yg seharusnya logika tak perbolehkan. Tak tahu hati ini, tangan ini selalu memaksakan kehendak itu, dengan segala ketakutan dan menunggu kemungkinan yg membuat hati lebih galau, sangat lebih baik untuk kau menuruti logika, tp sayang keinginan hati sangat kuat untuk berbuat hal-hal bodoh. Bodoh untuk masih tetap peduli, bodoh masih ingin mengubar rindu, bodoh untuk menawarkan jumpa.

Entah kenapa, saya merasa sering disia-siakan, bagi saya semuanya cukup, saya tidak pernah menuntut macam-macam, dan tak ingin mendapatkan suatu yg ideal, dgn berbagai macam aspek yg lengkap. Terlalu banyak kurang, tp saya nyaman akan hal itu. Yah itukah suatu bodoh?

Tapi mungkin saya membosankan, mungkin hanya keledai dungu yang jatuh untuk ketiga dan kesekian  kalinya pada lubang yang sama, dan tidak berusaha untuk tidak terjatuh lagi. Saya rasa tidak ada usaha yang sia-sia dan mungkin tidak ada juga penantian yg sia-sia. Namun ternyata semuanya kembali sia-sia.

Sepertinya ini petunjuk Tuhan, tp apa saya kurang mendengarnya? Kurang memperhatikannya?

Maafkan saya Tuhan, saya yakin Kau tidak ingin hambamu menderita dengan derita yang dibuatnya sendiri. Saya yakin Kau ingin saya bangkit dan bergerak untuk meraih pintu lain. Karena mungkin pintu ini sebenarnya telah tertutup, tp saya paksa untuk mendobraknya. Dan tidak melihat bahwa pintu lain-lah yang Kau tunjukkan. Maaf, Saya terlalu memaksakan kehendak saya Ya Alloh. Saya terlalu menyakinkan diri saya pada suatu keyakinan yang mungkin salah. 


Buat apa saya peduli, bila memang dia tidak peduli? Mengapa saya selalu berpura-pura jika ini semua akan baik-baik saja, walo saya benar-benar sudah tidak tahan lagi. Sering kali diacuhkan, diabaikan. Saya seringkali merasa dia sangat tidak bersyukur untuk hal itu, atau dia memang tidak pernah merasa nyaman akan saya. Dan jika begitu, memang dia tidak patut untuk mensyukurinya. Tak ada suatu penghargaan, knp hal itu membuat saya bertahan selama ini? Wanita, hati yang berbicara.

Pengalaman mungkin bisa dijadikan pembelajaran, tp kenapa saya tidak pernah belajar dari pengalaman? Kenapa saya selalu ingin merasakan pengalaman bodoh yang sama? Tak ada suatu penghargaan untuk berprestasi pada suatu pengalaman yang bodoh.

Tak usah menjual berapa puluh kali saya mengeluarkan banyak air mata untuk dikasihani. Semoga apa yang saya rasakan akan menjadikan suatu pahala untuk saya, dan membuat saya lebih kuat nantinya. Ini hal yang harus dibayar sekarang, krn saya tahu pintu-pintu Mu yang lain akan membawa saya pada kebahagiaan akhirnya. :)

Saya tidak menyimak, atau tidak mau menyimak suatu logika yg dia pikirkan, mungkin itu ada benarnya. Tidakkah kita dapat mengusahakannya? YA bisa, dan diusahakan hanya oleh satu pihak, hanya saya. I fight for this only by myself. Salahkah untuk itu?. Ya salah. Karena dia sudah tidak berharga lagi untuk dipertahankan. Karena dia tidak mau untuk itu, mengapa selalu kau paksakan, hati?

Saya harap jalan saya masih panjang ke depan, sudahlah tinggalkan semua, tatap semua jalan baru. Saya harap bisa mulai belajar untuk itu, secara perlahan-lahan pasti bisa, walau berat untuk meninggalkan suatu keyakinan yang telah ditetapkan oleh sebuah perasaan dan hati. Sangat lelah untuk tetap yakin, sangat lelah untuk semuanya.

Tidak ada komentar: